Minggu, 25 Juli 2010

Tentang keluarga baruku….


“disana (tempat baru) semua ilmu yang pernah kita dapat akan diuji”


Kata-kata perpisahan dari seorang yang berpengaruh dalam pembentukan karakter awal diri ini akan selalu ku ingat. Sungguh, takkan ku lupakan hari-hari indah bersamanya dan mereka. Tapi kini aku harus melanjutkan perjalanan ke rumah selanjutnya. Karena berjuta keindahan akan kembali menemaniku disana. Aku yakin, setiap rumah memiliki tujuan yang sama walau dalam bentuk kerja yang berbeda.


Aku tak larut dalam kesedihan, lagu sherina kecil jaman dulu “hatiku sedih, hatiku gundah tak ingin pergi berpisah. Hatiku bertanya, hatiku curiga akankah ku temui kebahagiaan” kutepis jauh-jauh, dan ku ganti dengan lagu Sang Murabbi “ribuan langkah kau tapaki, plosok negri kau sambangi, tanpa kenal lelah jemu sampaikan firman Tuhanmu” yap… Gizi diri ini kembali terisi, aku siap beraksi…


“terik matahari tak surutkan langkahmu, deru hujan badai tak lunturkan azzammu”


Benar, ribuan langkah, pelosok kota, terik matahari, deru hujan – dalam artikata sesungguhnya – tak surutkan langkahku, dan insyaAllah akan selalu begitu. Allahumma ‘amin…. Semoga akan selalu begitu. Ya Allah jangan pernah lunturkan azzam diri ini…


Ku pegang erat sebuah buku dengan judul “yang tegar dijalan dakwah” salah satu kenangan terindah darinya yang ia berikan didetik-detik terakhir pertemuan ini. Aku tau, ia berharap kami semua menjadi seperti judul buku ini.


***


Ini tentang rumah baruku sobat….


Sebuah rumah penuh dengan keberagaman dan kesamaan. Jika kau berharap mendengar logat bicara yang sama disini, maka kau takkan menemukannya. Karena dari sabang sampai marouke ada disini (agak sedikit lebay). Dari Putri daerah (Batam), Jambi, Bandung, Jakarte, Padang, Medan, sampai Makasar semua ada disini. Tinggal pilih (loh?!) tapi jika kau ingin melihat keberagaman profesi kau juga takkan menemukannya, karena hampir semua penghuni rumah percaya bahwa Mengajar adalah proses Belajar. Karena factor itulah kami dikumpulkan dalam satu rumah ini, begitu kata kepala keluarga kami, karena ada tujuan indah dibalik itu. Dan Taukah engkau, kami juga memiliki pikiran yang sama, bahwa dengan Berjalan Kaki maka badan akan menjadi sehat. Untuk itu, kami akan selalu bahagia jika harus berjalan kaki. Dan lebih bahagia lagi ketika semua diantara kami tidak akan pulang mendahului kami dengan dijemput seseorang berbaju koko, berjanggut dan berwajah teduh yang bikin iri. Karena kami semua mandiri. Walau satu diantara kami akan tidak mandiri lagi minggu depan. (Alhamdulillah)


Inilah rumah baruku sobat….

Indah, bersahaja, bercita-cita besar, dan akan melakukan kerja-kerja besar…


Inilah rumah baruku…

Aku punya rumah baru, karena sebelumnya aku tlah punya rumah lama. Tapi seperti kau yang pernah berpindah rumah, bayang-bayang keindahan rumah tempo dulu takkan habis dimakan masa. Indahnya akan selalu terpancar.


Untukmu sobat…

Ingatkan aku jika aku mulai melupakan azzam yang pernah ku tuliskan.


Untukmu sobat…

Tampar aku jika aku mulai lalai dan terpesona dengan fartamorgana dunia.


Untukmu sobat…

Goncang tubuhku kencang jika aku mulai ngantuk dan hampir tertidur.


Tenang sobat..

Aku akan melakukan hal yang sama jika itu terjadi pada dirimu…

^^


Ini tentang rumah baruku sobat…

Indah sekali…

Selasa, 06 Juli 2010

Organisasi Negara Miskin

G8 atau Group of Eight adalah organisasi negara - negara maju dan kaya yang saat ini sedang mengadakan petemuan di Kanada.
Organisasi elite ini beranggotakan 8 negara maju yaitu Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Italia, Rusia, Jepang, Britania Raya dan Kanada. Nah, biasanya mereka suka mengadakan pertemuan - pertemuan ( silaturahim gitu kokokok.. ) yang di dalamnya membahas isu - isu politik dan ekonomi. Pertemuan ini dihadiri oleh pemimpin negara - negara yang bersangkutan.

Nah, kebayang gak sih klo negara - negara kaya aja punya organisasi, gimana klo negara - negara miskin juga bikin organisasi sendiri?
Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan persaingan di antara sesama negara miskin ( ya elah ) untuk jadi lebih kaya dan bersemangat membangun negerinya.
Diagendakan dalam organisasi ini untuk mengadakan pertemuan setiap tahun sebagai bahan evaluasi sudah sejauh mana peningkatan kinerja pemerintahan mereka dalam menyejahterakan rakyatnya.

Kalo organisasi negara miskin bikin pertemuan mereka kayaknya gak perlu lah membahas nuklir Iran atau pun Korea Utara. Alasannya, masalah ini gak penting banget karena toh itu urusan pemerintah mereka yang sedang mengusahakan sebuah program demi kemajuan bangsanya.

Organisasi negara miskin ini juga akan membahas masalah iklim yang benar - benar mengancam mereka akibat perbuatan negara - negara kaya yang seenaknya membuat bumi makin panas.

Organisasi negara miskin akan memberikan proteksi yang lebih pada sumber daya alam mereka yang udah sangat berlebihan digunakan oleh negara - negara yang sebenarnya sama sekali ga punya hak sedikit pun atas barang - barang tersebut.

Organisasi negara miskin pastinya gak akan punya cukup duit untuk jadi donatur perang ini perang itu yang ujung - ujung cuma untuk bunuh orang - orang yang tidakbersalah.

Sebagai pencetus organisasi negara miskin ( hahayyy.... ) penulis bingung ni organisasi akan diberi nama apa ya?? Klo organisasi negara kaya G8 karena anggotanya ya hanya 8.
Lah klo negara miskin G50 kali ya? Atau malah lebih.....

Nah buat pembaca sekalian ada tambahan agenda tidak untuk pembahasan dalam pertemuan negara - negara miskin??

Rabu, 23 Juni 2010

MIMPI 1000 KADER: MELAHIRKAN LEDAKAN IDE LUAR BIASA


Tesis utama Frans Johansson adalah bahwa jika berbagai bidang, disiplin ilmu, dan budaya dipadukan akan terwujud semacam ledakan ide yang luar biasa (Frans Johansson, 2007).

Pada kalimat di atas terdapat kata “ledakan” yang membuat ku tertarik. Sebenarnya bukan kali ini aku tertarik dengan kata itu. Ketertarikan itu sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu setelah membaca buku Quantum Tarbiyah. Entah kenapa telinga ini begitu tertarik dengan kata tersebut. Kali ini bukan membahas alasan kenapa aku suka kata “ledakan”. Akan tetapi, aku akan sedikit membahas kalimat di atas. Yang mudah-mudahan bisa memberikan sedikit warna di dalam perjuangan KAMMI Komisariat Batam khususnya di bidang pengkaderan.

Kota Batam yang memiliki lebih kurang 20 kampus merupakan asset terbesar dalam menyumbangkan banyak kader KAMMI bila dibandingkan dengan wilayah Kepri lain seperti Tg. Pinang, Bintan, dan Karimun. Seharusnya bisa menjadi cambuk penyemangat KAMMI Komsat Batam khususnya Departemen Kaderisasi yang membawahi langsung tugas perekrutan kader. Apalagi target pengkaderan untuk Kepri tahun ini adalah 1000 kader. Oleh sebab itu, dibutuhkan kerja yang ekstra dari Departemen Kaderisasi. 1000 kader ?! it’s a big dream. Apalagi dengan umur KAMMI Komsat Batam yang masih sangat muda. Belum genap berusia 3 tahun. Kalau dalam mata kuliah Keperawatan Anak usia ini disebut BATITA (Bayi di bawah tiga tahun). Tidak apa-apa, bermimpilah yang besar mumpung gratis!!! Tapi bermimpi harus dibarengi dengan kerja nyata. Semakin besar mimpi yang ingin diwujudkan maka semakin besar pula perjuangan kita untuk merealisasikannya. Karena perjuangan hari ini untuk cita-cita hari esok dan cita-cita hari esok adalah langkah nyata kita hari ini (Musyaddad, 2010).

Pada awal terbentuknya KAMMI Komsat Batam pada tanggal 27 Desember 2007, KAMMI Batam hanya memiliki kader di dua kampus saja. Yaitu Politeknik Batam dan Akper Mitra Bunda Persada (AMBP) Batam. Dengan jumlah alumni DM 1 sebanyak 11 orang. Setelah dua tahun dilewati Alhamdulillah KAMMI Komsat Batam (KomBat) pun telah memiliki kader di enam kampus. Yaitu Politeknik Batam, STIKES Mitra Bunda Persada, Universitas Batam (UNIBA), Universitas Riau Kepulauan (UNRIKA), FT. Universitas Maritim Raja Haji (FT. UMRAH), dan Universitas Internasional Batam (UIB). Dengan banyaknya kader dari berbagai macam kampus tergabung di KAMMI KomBat. Otomatis berbagai macam jurusan, keahlian dan latar belakang kader bisa menambah keragaman KAMMI KomBat itu sendiri. Yang pada akhirnya bisa melahirkan “ledakan” ide yang luar biasa. Seperti tesis utama yang ditulis oleh Johansson.

Bisa dibayangkan jika setiap kampus di Batam memiliki kader KAMMI, maka KAMMI KomBat bisa menyumbangkan ide luar biasa dalam perbaikan kota Batam khususnya. Karena pada dasarnya mahasiswa mempunyai peran-peran strategis, antara lain: Moral Force (kekuatan moral), Agent of Change (agen peubah), People Power (Kekuatan rakyat), Iron Stock (cadangan nasional), dan yang terakhir Guardian of Value (Pengawal nilai-nilai). Dimana hingga saat ini mahasiswa Batam belum mengamalkan peran-perannya tersebut. Jangankan mengamalkan, mengetahuinya pun tidak. Karena mahasiswa Batam mindset nya sudah terbentuk sejak dibangku sekolah. Bahwa kuliah harus selesai dalam waktu sesingkat-singkatnya dengan nilai setinggi-tingginya kemudian wisuda dengan IPK yang tinggi lalu mencari kerja menjadi karyawan di sebuah perusahaan. Itulah yang dikatakan mahasiswa sukses. Jadi bisa dibilang mereka termasuk mahasiswa apatis. Berbagai macam alasan yang mereka utarakan jika diajak untuk gabung dalam organisasi. Dari alasan orang tua yang tidak mengizinkan hingga jam kuliah yang terlalu padat dan tugas kuliah yang menumpuk. Jam kuliah yang terlalu padat dan tugas kuliah yang menumpuk?! Alasan yang sangat klasik. Jawaban yang biasa aku keluarkan adalah yang menjadi mahasiswa bukan kalian doang. Sudah dari zaman baheula, manusia terdahulu sudah kuliah dan mereka juga aktif berorganisasi. Dengan menyandang prestasi akademis yang memukau pula. Tugas yang menumpuk itu karena kebiasaan buruk kalian yang suka menunda-nunda tugas. Besok akan dikumpul malam ini pula kalian baru mengerjakan nya.

Kita tidak bisa pula menyalahkan mereka (red: mahasiswa apatis) karena tidak mahu bergabung dalam menyelesaikan Pe-eR perubahan ini. Itulah warna-warni dunia kampus, warna-warni dunia pergerakan. Hanya manusia yang gelisah, kuat dan sabar yang bisa terus bertahan hingga ke garis finish perubahan. Seperti slogan heroiknya KAMMI “Bergerak Tuntaskan Perubahan!”.

Rabu, 16 Juni 2010

Akhwat Lugu dan Jarang Membaca

"... mereka memaksa akhwat yang kebanyakan lugu-lugu dan jarang membaca itu untuk berdiskusi tentang feminisme,demokrasi, atau globalisasi"

kuperbaiki posisi dudukku ketika membaca kalimat ini di sebuah buku luar biasa (mengapa aku mencintai KAMMI-Imron Rosyadi) kerna agak panas dingin saya dibuatnya.
mari ku ulangi sekali lagi "AKHWAT YANG KEBANYAKAN LUGU-LUGU DAN JARANG MEMBACA INI" tidak bermaksud untuk memancing emosi teman-teman yang merasa akhwat, hanya ingin memberi tau bahwa ada pendapat seperti ini yang terlontar didunia per-ikhwah-an.

ada yang menanggapi dengan santai "mungkin hanya sebagian saja yang dijadiin sampel".

mungkin sama dengan ungkapan, "pejabat itu koruptor" ya karena yang kebanyakan terlihat adalah para pejabat yang korup.

dan ada yang menanggapi dengan agak keras, "tidak benar stetmen itu, akhwat sekarang tidak begitu"

atau yang sangat keras, sebuah sms masuk ke penulis "hai bung, sekarang bukan jaman siti nurbaya lagi, dijaman perempuan jadi orang kedua. anda harus mencabut stetemen itu dan meminta maaf. -koalisi akhwat jogja-"

dan anda, bagaimana anda menanggapinya. .??

ketika sebuah stetemen itu terlontar, saya rasa, memang seperti itulah adanya. berarti benar (yang sering terlihat) bahwa akhwat lugu dan JARANG MEMBACA. ya tohh?? seperti stetemen si koruptor tadi. jangan ditanggapi dengan emosi-seperti komentar sangat keras dari koalisi akhwat- tapi cobalah untuk mematahkan stetemen itu dengan membuktikan bahwa akhwat tidak lugu (sehingga jadi luarbiasa) dan akhwat itu sering membaca (sehingga banyak wawasan). justru komentar yang sangat keras itu malah membuktikan bahwa akhwat benar-benar jarang membaca, wong komentarnya tidak bijak. karena orang yang banyak baca itu akan semakin bijak cara berfikirnya.

kembali teringat ketika membuka album sebuah gerakan mahasiswa batam di situs FB. ada posisi foto yang menggambarkan kader-kadernya membaca buku di sekre baru mereka yang dilengkapi dengan perpustakaan. ada coment dari kepala poaknya "ayo baca-baca.. jangan kalah dengan anak KAMMI yang kutu buku" kurang lebih seperti itu komentarnya.
kemudian, mari kita(KAMMI-batam&kita semua pada umumnya) ambillah cermin dan berkacalah. apakah kita(KAMMI-batam&kita semua pada umumnya) telah menjadi orang-orang yang kutu buku. dan ingat, ketika stetemen itu terlontar, mungkin karena masa-masa kader yang kutu buku itu pernah terjadi.

jadi ingat kata seorang guru SMA, "baca itu bukan suatu kegemaran, tapi kebutuhan"

yuuk,, mari membaca (khusushan untuk para akhwat). mari kita patahkan stetemen itu..

^^

Saya dan Ayah ( Sebuah Ungkapan Cinta )

Saya tergugah dengan cerita teman saya tentang ayahnya beberapa waktu yang lalu kemudian saya pun berpikir untuk menulis tentang ayah saya yang sangat saya kagumi hingga saat ini dan sampai kapan pun juga.

Yang saya sukai dari ayah saya salah satunya adalah karena namanya Afrizal. Lho? Apa hubungannya? Heee.... sederhana saja karena di dalam namanya ada huruf Z, huruf yang juga ada di dalam nama saya, Nurul Azizah. Tidak hanya ayah, tapi juga teman – teman yang mengandung huruf Z dalam namanya ( fanatik sekali ).
Ayah dilahirkan di Bonjol tepat tanggal 25 April 1963, 47 tahun yang lalu. Wow, saya pernah pulang ke kampung ayah saya dan di sana begitu indahnya. Masyarakatnya banyak yang mencari emas, walau begitu saya masih heran mengapa masih banyak yang miskin. Kampung itu tepat di belakang Museum Imam Bonjol, tak ketinggalan hamparan sawah membentang di kiri kanan menambah kerinduan saya nih ( lo, mau cerita tentang ayah atau kampung ayah ya? Hihihihi kurang konsisten ).

Baiklah, kehidupan ayah saya mulai berubah begitu ia dibawa ayahnya ke Pekanbaru, sementara ibunya tetap di Bonjol ( ternyata perceraian itu sudah ada sejak dahulu kala ). Saya kekurangan informasi tentang kehidupan beliau di masa sekolah. Informasi terbanyak saya dapatkan setelah beliau tidak lagi jadi pelajar. Dan di sinilah letak serunya cerita yang diceritakan ayah saya yang dibuktikannya dengan foto – foto yang ada di rumah ( jadi saya terpaksa percaya ).

Di masa mudanya beliau merupakan jenis pemuda yang tidak betah di rumah atau lebih tepat waktunya lebih banyak dihabiskan di luar. Ayah saya menghabiskan waktu di lingkungan yang bagi sebagian orang ini adalah lingkungan yng buruk. Ayah saya senang bergaul dengan pemuda – pemuda di terminal, supir – supir bus ataupun angkot ( dan ini adalah takdinya hingga saat ini ). Beliau ikut salah satu saudaranya ke Jakarta. Tampaknya di sanalah beliau bergaul dengan para supir dan kenek di terminal. Tidak betah di Jakarta beliau pulang, tapi tidak ke Pekanbaru tapi ke Medan dan terdampar di Dumai hingga akhirnya terseret lagi ke Pekanbaru.
Pada awalnya saya sedikit tidak suka dengan cerita beliau tentang pergaulannya itu ( terkesan seperti penjahat ). Namun ternyata di sinilah pengalaman hidupnya terbentuk ( halah halaaaah...). Keahlian mengemudi, perbengkelan, dan beberapa kemampuan laki – laki lainnya didapat dari sini. Pengalaman organisasi beliau saya rasa juga. Ternyata tanpa bergabung dengan organisasi kampus atau masyarkat pun, beliau sudah punya ilmunya.

Tibalah saatnya beliau memasuki lingkungan kampus (kurang tau juga nih kronologinya). Sebagai mahasiswa yang pandai beliau juga mesti pandai – pandai dalam pergaulannya. Dan menurut pengamatan saya beliau adalah sosok yang pandai bergaul ( narsis ).
Dari foto – foto yang saya lihat di masa mudanya dulu, menurut pengamatan saya sebagai seorang perempuan, tampangnya oke punya ( heee ). Tak heran teman – teman perempuannya di kampus punya perhatian lebih. Kata ibu saya ceweknya dulu sangat banyak ( wooow..... ), entah itu pacar atau bukan. Dan kelihatannya gen itu hanya turun pada adik laki – laki saya ( kecewa ). Walaupun begitu saya masih bersyukur karena kemampuan bahasa Inggrisnya diturunkan kepada saya ( kuliahnya jurusan bahasa Inggris ). Entahlah sekarang sepertinya sudah tidak ada lagi karena jarang praktek.

Sayang sekali beliau tidak punya takdir untuk lulus kuliah. Putus kuliah beliau lanjutkan dengan berkelana ke beberapa kota sekedar cari pengalaman ataupun hanya jalan – jalan. Akhirnya menikah dengan ibu saya setelah melewati kisah cinta seperti drama korea (alamaaaaaaak).

Mungkin karena dulunya senang bergaul dengan supir, maka takdir membawanya untuk terus begitu. Pindah ke manapun yang dikerjakan oleh ayah saya adalah mengemudi. Mengemudi apa pun sudah pernah ia jalani. Jadi supir pribadi, taksi, lori, hingga angkutan umum. Tak heran sekarang kadang beliau suka mengeluh bosan dengan pekerjaannya. Kami harus memaklumi, menjalani profesi yang sama selama berpuluh tahun pastinya membuat beliau bosan. Terlepas dari hal tersebut, saya suka sekali jika naik mobil dengan beliau. Saya dan adik – adik saya adalah manusia yang dibesarkan dari kendaraan roda 4 tersebut. Masa kecil kami pun dihabiskan di belakang kemudi. Senang rasanya ketika mengenang itu.

Begitu banyak hal yang saya kagumi dari ayah saya yang punya tampang seperti orang India ini ( dan sama sekali tidak diturunkannya pada saya ). Salah satunya ialah kejujuran beliau dalam bekerja. Keluarga adalah orang yang tidak pernah tahu apa yang dilakukan oleh kepala keluarganya di luar rumah, apa yang dikerjakannya, apa yang dihadapinya selama bekerja, permasalahannya ketika mencari nafkah untuk kami dan lain – lain. Meskipun begitu, dari cerita teman – temannya beliau adalah orang yang jujur dan lebih banyak mengalah. Tak hanya itu di lingkungan supir yang begitu rentan dengan judi dan hal – hal buruk lainnya, beliau mampu mempertahankan diri untuk tidak terpengaruh. Ingatan beliau pada Allah pun selalu membuat saya merasa bersyukur mempunyai ayah seperti beliau. Shalat lima waktunya tidak pernah ia lewatkan bahkan ketika beliau sedang mencari nafkah. Setiap azan dikumandangkan, jika tidak sendang ada di rumah, maka beliau akan singgah ke mesjid terdekat. Hal yang jarang sekali saya lihat di diri supir – supir lainnya.

Pengawasannya pada kami pun sudah dilakukannya sejak kami masih kecil. Perintah Rasulullah ia lakukan. Kami, saya dan adik laki – laki saya Yusuf sering sekali dipukul ketika kami tidak shalat. Sifatnya sangat keras sekali saat mengajari kami bacaan shalat hingga kami berdua harus berusaha keras untuk menghapal bacaan – bacaan itu. Wajahnya akan marah, suaranya akan meninggi jika kami tidak mau pergi mengaji ke surau walau sudah pandai membaca Al Quran. Ia tetap ingin kami pergi ke surau untuk mengaji. Namun demikian beliau bukanlah oang yang pandai mengungkapkan rasa cintanya pada kami dalam bentuk kata – kata. Seringkali kami menilai ia tidak sayang dengan saya dan adik saya karena beliau sering marah pada kami. Ternyata apa yang dilakukannya adalah bentuk rasa cintanya pada kami semua.

Beliau memang bukan mujahid Palestina yang dengan gagah berani memerangi Israel dan pasukannya
Ayah saya bukanlah seorang presiden yang memiliki kekuasaan
Ayah saya bukanlah pejabat yang selalu memakai safari
Ayah saya bukanlah pengusaha sukses yang telah menyiapkan banyak warisan
Tapi ayah saya adalah Afrizal yang saya kagumi sosoknya, yang telah menghidupi kehidupan saya dengan rezeki dari Allah, yang memiliki kekuasaan di rumah kami, yang jarang sekali membeli baju baru meski di hari lebaran, yang telah mewariskan nilai – nilai keagamaan dan moralitas kepada kami yang senantiasa menganutnya.

Tanjungpinang, 16 Juni 2010
Sore yang dingin
Sebuah ungkapan cinta untuk ayah